Maraknya peredaran jamu palsu membuat sebagian masyarakat takut menkonsumsi jamu tetapi sebagai ntetap mengkonsumsi jamu karena tak hanya karena manfaatnya tetapi karena harganya terjangkau.
Bagi mereka yang tidak memilih operasi karena penyakit dalam memilih mengkonsumsi jamu sebagai alternatif. Bagi masyarakat yang selalu mengkonsumsi jamu berita tentang peredaran jamu palsu tidak menyurutkan keinginan mereka untuk mengkonsumsi jamu.
Untuk masyarakat tradisional yang sudah percaya dengan khasiat dari jamu itu sendiri, mereka lebih meimilih jamu dibandingkan obat yang lainnya. Walaupun tersebar isu adanya jamu palsu yang beredar saat ini.
Wawlupun begitu masyarakat tetap dihimbau untuk berhati-hati dengan adnya jamu palsu.
"Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap produk jamu dan obat-obatan. Pastikan komposisi, dosis dan merk daftarnya sebelum membeli," imbau Sekretaris Dinkes Kobar Indrawan Sakti, kemarin.
Di samping mengimbau masyarakat waspada, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kobar juga melakukan pengawasan jamu tradisional agar tidak beredar bebas di masyarakat.
Sebab, jamu jenis ini berbahaya. Bahkan jika dikonsumsi terus-menerus dapat mengancam jiwa manusia. "Salah satu bahan kimia berbahaya yang kerap dicampurkan ke dalam produk jamu tradisional tersebut adalah kortikosteroid," terang Indrawan. Kortikosteroid memiliki efek yang sama dengan hormon cartisow dan hydrocortisone yang diproduksi kelenjar adrenal. Kelenjar ini berada tepat di atas ginjal. Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda, kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi.
Oleh karena itu, orang yang menderita penyakit karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat), dan alergi, gejalanya bisa menjadi lebih ringan setelah mengkonsumsi kortikosteroid.
Namun, kortikosteroid beresiko menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, seperti menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius. (tpk)