Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Minggu, 09 Januari 2011

Masyarakat dengan Jamu

Maraknya peredaran jamu palsu membuat sebagian masyarakat takut menkonsumsi jamu tetapi sebagai ntetap mengkonsumsi jamu  karena tak hanya karena manfaatnya tetapi karena harganya terjangkau.

Bagi mereka yang tidak memilih operasi karena penyakit dalam memilih mengkonsumsi jamu sebagai alternatif. Bagi masyarakat yang selalu mengkonsumsi jamu berita tentang peredaran jamu palsu tidak menyurutkan keinginan mereka untuk mengkonsumsi jamu.

Untuk masyarakat tradisional yang sudah percaya dengan khasiat dari jamu itu sendiri, mereka lebih meimilih jamu  dibandingkan obat yang lainnya. Walaupun tersebar isu adanya jamu palsu yang beredar saat ini.
Wawlupun begitu masyarakat tetap dihimbau untuk berhati-hati dengan adnya jamu palsu.
"Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap pro­duk jamu dan obat-obatan. Pas­tikan komposisi, dosis dan merk daftarnya sebelum mem­beli," imbau Sekretaris Dinkes Kobar Indrawan Sakti, kema­rin.
Di samping mengimbau masyarakat waspada, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kobar juga melakukan pengawasan jamu tradisional agar tidak beredar bebas di masyarakat.

Sebab, jamu jenis ini berbaha­ya. Bahkan jika dikonsumsi te­rus-menerus dapat mengan­cam jiwa manusia. "Salah satu bahan kimia berbahaya yang kerap dicampurkan ke dalam produk jamu tradisional tersebut adalah kortikosteroid," te­rang Indrawan. Kortikosteroid memiliki efek yang sama dengan hormon car­tisow dan hydrocortisone yang diproduksi kelenjar adrenal. Kelenjar ini berada tepat di atas ginjal. Dengan efek yang sama bah­kan berlipat ganda, kortikoste­roid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan in­flamasi.

Oleh karena itu, orang yang menderita penyakit karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat), dan alergi, gejala­nya bisa menjadi lebih ringan setelah mengkonsumsi korti­kosteroid.
Namun, kortikosteroid be­resiko menimbulkan efek samping yang tidak diha­rapkan, seperti menimbul­kan masalah kesehatan yang cukup serius. (tpk)

Berita Terkait